Minggu, 07 Juni 2015

PERJALANAN DI SEMESTER KEDUA



Menjadi seorang mahasiswa tidak semenarik yang aku bayangkan. Tidak semuanya harus selalu berjalan sesuai angan-angan. Bahkan terkadang ada yang baru menyadari bahwa apa yang kita pilih ternyata tidak sesuai dengan apa yang kita butuhkan. Dari awal perjalanan ini semua memang terasa seperti tantangan sendiri untukku. Untuk mencapai masa depan yang lebih cerah. Untuk semuanya yang aku butuhkan kelak, memang aku sangat sadar sekali akan semua pengorbanan yang harus aku lakukan untuk mencapai semuanya sendirian. Semakin lama menempuh perjalan hidup ini, semakin aku mengerti karakter apa yang ada di diriku saat ini. Semakin aku mengerti dengan kehidupan yang sangat menjengkelkan dan semenakutkan yang tidak pernah aku fikirkan sebelumnya. Semakin aku harus berfikir dua kali untuk hal yang sama. Diawal semester ini, aku sangat menyambutnya dengan dengan semangat baru. Lebih bersemangat dari pada sebelumnya. Tetapi kita semua tidak tau apa yang akan terjadi dikemudian hari. Hari demi hari kudapati semangat mereka semakin menurun. Semakin bingung dengan jalan fikiran mereka. Tetapi itu tidak boleh ada didiriku. Memang aku sadar mungkin akan sangat susah sekali untuk menjalani kehidupan seperti ini. Tetapi kita tidak akan tau jawabanya jika kita sendiri tidak menjalaninya.
Perjalanan selama semester dua, panah asmara kembali lagi menghujam hati ini. Dulu memang ada yang mengobati luka dalam hati ini, tetapi aku mulai ragu dengan dia yang memiliki sikap acuh tak acuh. Ketika itu seseorang datang padaku, ragu memang yang aku rasa. Seperti ini tidak ada bedanya dengan keadaan satu tahun yang lalu. Menata hati karena pernah dibuat berantakan oleh orang tidak mengerti soal perasaan itu sangatlah tidak mudah. Membutuhkan waktu yang tidak singkat dan juga membutuhkan kesabaran extra. Maka diri ini tidak akan dengan mudah mempercayai mereka dengan begitu mudahnya. Tetapi entah apa yang membuat dia menjadi begitu special di hati saat ini. Yang sudah dari dulu tidak pernah memiliki fikiran untuk mempercayai padanya tentang perasaan ini. Yang hanya dengan dia lah nama itu, yang sudah satu tahun yang lalu membuat sakit semuanya dan kini sekarang hampir tidak pernah lagi terfikirkan. Dia yang aku temukan untuk mengisi kekosongan hati ini, yang sudah memiliki komitmen denganku. Dan aku rasa sepertinya akan menjadi cerita di hari-hari ku selanjutnya. Itu yang aku fikirkan ketika menyadari perasaan ini padanya begitu dalam. Tetapi akhir-akhir ini dia selalu berhasil membuatku sakit hati dengan tetap menunggunya terus dan terus. Membiarkan perasaan ini berharap lebih padanya. Sudah sejak awal sedikit berusaha membatasi perasaan ini. Tetapi sepertinya itu tidak berhasil padaku. Semakin hari semakin besar harapan ini. Tetapi hati ini masih sangat takut jikalau memang pada akhirnya cerita satu tahun yang lalu itu terulang kembali. Menjadi cerita pahit dalam kehidupan remajaku selanjutnya. Mengukir kenangan menyedihkan. Tetapi ketika fikiran itu terlintas begitu saja, selalu aku berusaha untuk menampiknya. Membuat keadaan kembali seperti semula. Bagiku, tidak ada masalahnya untuk menunggu sebuah kepastian itu dangan selalu berusahan menjaga perasaannya. Walapun itu sangat sulit aku rasa. Atau bisa jadi diam-diam aku yang membuat dia sakit hati karena tingkahku saat ini.
Perlahan-lahan memahami karakter dia, walapun itu artinya aku yang harus selalu mengalah dan menyembunyikan perasaan yang, emmm mungkin tidak seharusnya dia tau, serta tentang keadaanku di sini yang selalu menuggunya. Bahkan tidak jarang juga aku yang membuat hati ini terasa sakit sendiri jika mengingatnya. Rasa ego untuk memilikinya yang membuat diri ini harus bekerja extra berkali-kali lipat untuk menghibur diri. Ketika dirasa dia tidak perlu tau tentang lelahnya menunggu dan lelahnya membuat sebuah kepercayaan yang kuat. Yang mampu membuat hati ini begitu bersemangat setiap harinya. Mungkin bisa di bilang wanita bodoh yang akan berada di posisiku saat ini, yang sudah jelas awal mula kisah ini sama dengan kisah sebalumnya, satu tahun silam, yang lagi-lagi dengan terpaksa aku harus meyebutnya dia yang pernah melukai hati ini.
Tetapi tanpa semua ini lika-liku kehidupan untuk mencapai sebuah yang dinamakan puncak tidaklah bisa akan berwarna indah seperti layaknya pelangi. Tuhan memiliki caraNya sendiri untuk membuah umatnya selalu bahagia dan bersyukur. Maka dari itu aku selalu menjadikannya doa yang nantinya akan menjadi kenyataan di hidup ini. Tidak hanya sekedar angan-angan manusia ramaja.
Aku menyadari sesuatu yang menguatkan aku disini, orangtua dan mereka para sahabatku yang senantiasa selalu bersedia untuk bisa ku repotkan dengan semua cerita basiku ini. Walapun mereka akhir-akhir ini selalu membuat aku iri, dengan ketidak adaan waktu untuk kami berkumpul lagi, dan ini membuat aku sadar juga semakin menjalani hidup ini, kita semakin memiliki urusan masing-masing dengan orang yang berbeda-beda. Sangat begitu susah sekarang untuk bisa bertemu dengan mereka. Walau itu hanya untuk sekadar membicarakan masalah sepele tetapi selalu membuat kesan tersendiri untuk kami semua. Mencoba menegarkan satu sama lain, memperingati satu sama lain, menegur satu sama lain, mengoda satu sama lain, membantu satu sama lain dan menghibur satu sama lain, tidak perduli apa kami sekarang, latar belakang kami, semakin kami berbeda, semakin menyatukan persaudaraan di antara kami.
Mungkin keadaan ini bisa di bilang lebih buruk dari sebelumnya, tetapi ini akan menjadi sebuah pelajaran berharga untuk waktu selanjutnya. Semua tergantung kita mengemudi lurus kedepan. Meuju tujuan hidup. Menembus semua hambatan untuk masa depan. Masa sekarang kami memang masih belum siapa-siapa, dan kami memang tidak tau akan jadi apa kami kelak, tetapi kami selalu berusaha menjadi yang terbaik untuk diri kami sendiri.