Apa kalian pernah
merasakan dunia ini berhenti berputar untuk beberapa detik? Dan hanya bisa
melihat pada satu titik dengan jelas, yaitu seseorang yang sekarang berada di
depan kalian. Walaupun itu hanya terjadi dalam hitungan detik, tapi kalian merasakannya
sangat sangatlah lambat?
Cerita ini,maaf tidak
bisa menuliskan secara gamblang bagaimana adegan yang hanya beberapa detik itu
berlangsung. Tetapi ini,,,, membuat aku tidak bisa berfikir waras.
(minggu, 08 Februari 2015)
“Usahakan bulan maret kamu ke Jogja lagi yah?”
“Ada apa?”
“Tidak, hanya saja akan ada acara pameran di mana
itu namanya, di geee……”
Langkah ku terhenti seketika. Tidak, tidak hanya
langkah ini yang aku sadari tak bergerak sama sekali. Gerakan bibir ini juga
seketika terhenti, hanya menyisakan getaran pada bibir ini yang, aku rasa tidak
tau ingin berkata apa. Ku dapati nafas
ini tertahan untuk beberapa detik. Yang berdetak semakin kencang dari normal
adalah detak jantung ini, yang tiba-tiba berdekat semakin kencang ketika aku
menyadari sesuatu yang aku fikirkan selama beberapa dekit ini, ternyata adalah
nyata. Ya kebetulan yang sangat nyata. Seseorang itu tersenyum yang aku rasa
dia juga kaget melihat diri ini yang berdiri tak jauh dari tiang listrik itu.
Tapi dia lebih bisa mengontrol dirinya ketimbang aku yang masih berdiri dengan
seribu fikiranku dan dengan tatapan yang masih tidak percaya. Dan……
“hay”
Dia melambaikan tangan kanannya sembari tersenyum
menyapa di atas sepedanya. Entah fikiran apa yang masih sibuk berada di otak ini
hingga aku sendiri tidak membalas sapaannya, hanya bertanya dengan muka yang,,,
duh,,, sebegitu tidak percayanya hingga aku sendiri tidak bisa mengembarkan
bagaimana ekspresi ku saat itu. Beberapa detik memang aku mengacuhkan kedua
teman ku yang berada di belakangku itu.
“kok sendirian?” ya hanya pertanyaan yang terdiri
dari dua kata yang bisa aku keluarga dari bibir yang sudah sedikit tidak
membeku ini.
“iya” senyuman itu masih tidak hilang dari raut
mukanya. Tetapi dirinya sudah sedikit menjauh dari tempat ku berdiri oleh
sepeda yang di tumpanginya.
“mau kemana?”
“jalan jalan saja” Kali ini jawabannya sungguh
membuat jantung ini semakin berdetak kencang dari yang tadinya di atas normal.
Tetapi rasa kecewa juga menjalari tubuh ini, bukan karena dia yang pergi
menjauh dari tempat ku berdiri. Tetapi karena senyuman itu sudah tidak terlihat
dari wajahnya dan matanya sedikitpun tidak melihat kearahku lagi. Pandangan ini
masih saja mengarah ke orang dengan sepeda itu, hingga dirinya tidak lagi
terlihat di tikungan itu. Bahkan pandanganku tidak beralih sedikitpun darinya
tetapi, dia sama sekali tidak berbalik melihat kebelakang seperti yang aku
lakukan padanya. Bahkan dari kejadian awal tadi, pertama kali aku melihatnya,
yang hanya berjalan beberapa detik dengan cepatnya itu, tetapi aku merasa
seolah-olah dunia di sekitar berhenti, hanya dirinya yang bisa aku lihat dengan
jelas.
“kok kamu melihat laki-laki itu seperti tidak ikhlas
dia pergi?”
Seseorang temanku tiba-tiba membuyarkan lamunan ini.
Oh,,,, sepertinya memang benar yang temanku bilang itu, aku memang tidak ikhlas
melihat dia pergi, tanpa melihat ke arahku lagi. Duh,,,, bodoh sekali diri ini.
Oh Tuhan... Jika perasaan ini memang ada untuknya, apa yang bisa aku lakukan? L