Senin, 19 Januari 2015

when boredom struck



Diri ini masih ingat, tahun pertama kelulusan saat masih bekerja di Jakarta, kota metropolitan. Hampir dua tahun silam. Saat-saat masa 3 bulan mulai habis, saat itu diri ini merasa bosan dengan karyawan di sana, tapi hanya satu yang tidak diri ini bosankan, yaitu saat diri ini mulai belajar salah satu software desain. Saat itu satu karyawan yang menjadi panutanku di sana, dengan senang hati akan membimbingku belajar desain, tapi dengan syarat jika dia memang tidak memiliki kegiatan lain. Lama di tunggu, berhari-hari, sepertinya beliau sibuk terus, hingga diri ini memilih untuk belajar sendiri. Dan tak lama lagi, tiba saatnya diri ini memilih untuk keluar dari sana. Memilih untuk mengambil sebuah pekerjaan di kota istimewa Yogyakarta.
Apa yang diri ini dapat di kota yang sekarang ini menjadi tempat tinggal sementara? Perawalan yang menyedihkan diri ini rasa. Kesepian hingga larut dalam kebosanan. Tetapi tidak lama setelah itu, diri ini memiliki kegiatan yang pada saat itu diri ini rasa tidak akan pernah bosan untuk melakukannya. Tidak jauh beda dengan yang di Jakarta dulu. Ya, kegiatannya hanyalah belajar salah satu software desain. Tapi dengan jenis ayng berbeda. Diri ini mendapatkan suatu kenyamanan dan keasyikan saat belajar. Hingga seseorang datang dalam hidup ini, mengisi dan menambah semangat belajar yang terus mengebu-gebu.
Benar yang diri ini sangka. Diri ini tidak ada bosannya. Merasa ini adalah bagian dari hidup ini. Tetapi, tidak di sangka, seseorang itu tiba-tiba pergi jauh, meninggalkan diri ini yang belum dan sangat jauh dari kata pandai. Diri ini mencoba berfikir positif. Terkandang, Tuhan memang mempertemukan kita, tetapi Tuhan tidak menyatukan kita.
Semuanya benar-benar terbalik sekarang, semenjak kepergian dia. Tetapi diri ini rasa tidak ada gunanya untuk bersedih. Diri ini masih bisa untuk tegar. Diri ini lalu berusaha untuk bangit, berhasil....... emm,, mungkin memang belum bisa untuk di katakan berhasil. Tetapi ini jauh lebih baik dari pada terus memurukan diri di tempat yang tidak bermanfaat. Diri ini lalu mencoba berkelana memperbanyak ilmu walapun hanya sendirian. Tetapi diri ini sadar, bahwa di sana masih ada kawan yang senantiasa mau menemani perjalanan hidup ini.
Mencoba untuk lebih baik lagi. Lagi dan lagi. Hingga kehidupan berikutnya telah diri ini jalani dengan pelan-pelan tapi pasti. Tetapi aneh, ini sangat aneh. Saat diri ini merasa jauh lebih baik. Perasaan bosan itu datang lagi, menghampiri otak ini dan mulai meracuni sel sel otak yang ada. Semua serasa menjadi bertemakan bosan. Ini itu menjadi tidak bersemangat lagi. hingga semuanya terbangkalai. entah karena apa diri ini merasa sudah jauh meninggalkan apa yang diri ini sukai. Merasa memerlukan pertolongan, tetapi pada siapa? Lemaaahhh.. Sekarang, dan entah untuk sampai kapan :(
Seseorang,, tolong......

Jumat, 16 Januari 2015

Tujuan pertama memasuki tahun kedua


Agustus, 2014  

            Sebelumnya tidak pernah diri ini berfikiran akan terjebak dalam situasi seperti ini. Dan di kehidupan seperti ini. Tapi diri ini lama kelamaan mulai sadar hidup terus berputar, waktu akan terus berjalan tanpa bisa kembali lagi.
            Di sini, bulan Agustus tahun lalu, diri ini menjebakan diri untuk memasuki kehidupan yang lebih menantang ketimbang harus setiap hari duduk di depan layar monitor yang dari dulu hingga sekarang masih saja tidak akan bisa menjawab semua pertanyaan kehidupanku. Diri ini sudah terlalu bosan untuk menatap kehidupan yang begitu monoton. Merasa akan sia-sia saja jika tidak melakukan perubahan atau bisa dibilang sebuah peberontakan.
            Langkah kaki ini memang masih tidak menentu, dari Agustus tahun lalu, hingga saat ini sudah menjejakan akhir tahun semester satu. Tetapi diri ini merasa tidak ada lagi kesia-sia jika diri ini menikmati masa masa indah ini. Ternyata menjebakan diri di kehidupan yang sekarang ini lebih mengasikan dari pada hanya menatap kosong layar monitor di kantor, dan berteman di dunia maya. Diri ini merasakan kehidupan yang berbeda, manis pahitnya kehidupan seperti yang dulu. Lebih bisa menghargai semua yang ada. Lebih bisa mengartikan sebuah pengorbanan demi masa depan. Dan tidak lain juga yang membuat senang hati  ini kala menyadari diri ini sudah benar-benar berada di kehidupan yang beda lagi, adalah saat-saat bertemu dengan mereka.



Minggu, 11 Januari 2015

MALAIKAT BUMI




“Tuhan, apa Engkau akan mengirimku ke tempat itu? Bukan kah itu tempat yang menyeramkan?”
“Tenang, di sana akan ada malaikat yang menjagamu”
“Siapa dia?”
“kamu bisa memanggilnya ibu”
“Bukankah di sana banyak orang-orang jahat, bagaimana jika aku tersakiti?”
“malaikatmu akan menjagamu sepenuh hati, bahkan sampai bertarung nyawa sekalipun”
“Tapi Tuhan, jika aku pergi kesana aku tidak akan bertemu dengan Engkau. Bagaimana jika aku ingin bertemu dengan Engkau?”
“malaikatmu akan mengajarkan kamu bagaimana berkomunikasi denganku, dia akan mengajarimu bagaimana untuk selalu mengingatku”

Tuhan selalu benar, Dia tanpa rekayasa. Dia memberikan malaikat yang akan menjaganya untuk kami para anak.
Ibu, kasihmu sepanjang masa.
Kau relakan semua kehidupanmu demi anak mu.
Kau rela menghirup udara di pagi hari untuk mengumpulkan semangat demi membesarkan anakmu.
Magelang, 11 Januari 2015.
Badan ini memang tidak sebegitu sehat untuk terjaga sampai larut ini. Bahkan hidung ini masih saja tidak bisa di ajak kompromi untuk membiarkan diri ini menghirup udara dengan bebasnya, semakin tidak bersahabat karena perjalanan malam hari tadi menggunakan motor dari jalan raya menuju rumahku. Walapun tidak begitu jauh. Tetapi gas yang ditarik oleh bapakku lumayan membuat badan ini mengigil di belakangnya. Ditambah lagi batuk yang semakin menyiksa diri ini.
Beberapa jam yang lalu diri ini memberanikan diri untuk mengambil resiko bahwa kesehatan akan semakin memburuk jika tetap nekat melakukan perjalanan dari kota Yogyakarta ke Magelang. Tetapi apa boleh buat, rasa tidak sabar untuk segera memberikan kabar gembira ini untuk orang tua di rumahlah yang membuat diri ini nekat melakukan perjalanan itu. Setelah ujian selesai, diri ini meminta bantuan kawan untuk diantarkan ke terminal yang akan membawa diri ini ke rumah, kota kelahiran. Membutuhkan waktu setengah jam untuk sampai di terminal tersebut, tetapi syukur Alhamdulillah masih mendapatkan bus terakhir yang penuh sesak oleh penumpang dari kota Yogyakarta.
Sesampainya di rumah diri ini mendapati ibu yang sedang membereskan kerjaan rumahnya tadi di dapur. Seperti biasa pertama kali yang aku sapa adalah ibu ku dan kedua adalah nenek.
Aku tidak langsung segera mandi, beristirahat terlebih dahulu untuk mengurangi rasa capek di badan. Dan tidak lain yang diri ini lakukan adalah mendengarkan ocehan bapak ketika mendapati anaknya pulang dengan badan tidak sehat. Di tambah lagi batuk yang semakin menyiksa ini.
Malam mulai larut, ketika aku sibuk dengan tugas kuliahku di meja belajar adekku. Dan semunya juga duduk bersamaku di ruang tamu. Kegiatan yang entahlah sejak kapan menjadi sebuah tradisi yang tiba-tiba ketika ada seseorang yang tidak sering berada di rumah kini memutuskan untuk pulang, pastilah semuanya berkumpul bersama di ruang tamu. Tetapi tidak dengan bapakku, baliau masih asik sendiri di ruang sebelah, terkadang juga ikut nimbrung bersama kami. Dan saat-saat seperti ini lah yang paling diri ini sukai. Ibuku senantiasa mendegarkan cerita panjang lebarku selama di tempat kerja dan sekarang ada lagi cerita tambahan yang membuat ceritaku semakin panjang dan lebar, yaitu tentang kuliahku, tentang temanku juga.
Tidak hanya itu, kakak perempuanku juga sekarang semakin sering bercerita tentang semuanya, tentang rencana dia. Kalau adekku, kebanyakan diri ini lebih sering mengodanya saat dia bercerita.
Malam semakin larut, tugas ini sudah dari tadi tidak diri ini teruskan, sebab terlalu asik bercerita. Badan yang tadinya tidak enak sekarang sudah lebih baik, sudah di beri obat dan batuk juga sudah sedikit reda karena ramuan dari ibu tadi. Saat diri ini mulai membicarakan tentang sesuatu yang sudah direncanakan saat di kampus tadi, tentang kabar gembira itu, tentang rencanaku yang akan segera mengoperasaikan ibu. Alhamdulillah diri ini mendapat rejeki yang lebih dariNya lewat rekan kerja. Sudah dari dulu sebenarnya rencana ini, tetapi selalu saja tidak pernah ada kesempatan untuk memberitahu kabar gembira ini.
Tetapi apa yang diri ini dapat? Penolakan secara halus dari ibu. Seperti ada yang tidak beres diri ini rasa. Bagaimana mungkin tidak, rencana perngoperasian yang sudah dulu di rencanakan, dan memang baru kali ini tersampaikan ditolak begitu saja, dengan alasan ibu tidak tega denganku. Diri ini rasa, diri ini ikhlas, sangat-sangat ikhlas untuk seseorang yang mengorbankan hidupnya demi membesarkan kami. Mengorbankan kesehatannya demi masa depan kami. Dan sekarang, diri ini sangat ingin memperhatikan kesehatannya, seperti halnya beliau yang memperhatikan kesehatan diri ini.
Diri ini yakin, beliau menginginkan hal itu, untuk kesembuhannya. Tetapi, oh Tuhan,, sungguh besar kasih sayangnya pada kami. Hingga beliau tidak mau merepotkan kami. Bahkan sudah bertahun-tahun diri ini tidak mengerti keadaan beliau, yang secara sembunyi-sembunyi beliau rahasiakan dari kami, anak-anaknya. Hingga sejak smk kemarin diri ini mengetahui yang sebenarnya. Penyakit yang ada di tubuhnya.
Saat-saat seperti ini, saat beliau memang sedang membutuhkannya, lihatlah, dengan ikhlasnya beliau bilang, semua itu tidak perlu untuknya. Beliau lebih mementingkan kami dari pada dirinya. Duhh,, Tuhan.. diri ini mungkin memang tidak bisa dan tidak akan bisa mengantikan semua pengorbanan beliau. Tapi diri ini hanya ingin beliau bahagia dan sehat. Memang tidak seberapa yang diri ini kasih. Tetapi ini semua tanda rasa syukur karena telah di lahirkan oleh wanita setegar dia Tuhan.
Diri ini terus memaksa, terus membujuk. Entah, diri ini masih tidak bisa berfikir selayaknya seorang ibu. Diri ini hanya ingin sedikit mengucapkan terimakasih atas semuanya, segalanya yang telah beliau berikan. Awalnya beliau masih dengan halusnya menolak, tetapi syukur sekali, tenang hati ini dan fikiran, saat bisa menyakinkan beliau dan beliau menerima rencana pengoperasian itu. Semoga semuanya bisa menjadi lancar. Aamiin...

Kamis, 01 Januari 2015

Daku Mah Apa Atuh.?

Tidak tahu mesti melakukan perawalan apa untuk menyambut tahun 2015 ini dengan semangat yang sangat besar, sehingga semua yang di ingin kan di tahun yang baru ini bisa terwujud. Tapi kami, bertuju anak selalu memiliki sesuatu yang membuat senyum dan tawa terukir menyambut tahun baru 2015 ini. bersama-sama dengan mereka, membuat tahun baru ini terasa sangat berbeda dengan tahun yang lalu. Tidak seperti awal tahun yang meyedihkan itu.
Mereka yang aku kenal 5 tahun yang lalu, berasa di posisi yang sama waktu itu. Menghadapi masalah bersama, memecahkan masalah itu, mereka adalah kawa terbaikku. Tahun in, aku benar-benar melewati pergantian tahun yang terasa sangat tidak sia-sia begitu.
Satu yang aku sadari dari pertemuan kemarin, jika kita merasa sepi di tengah-tengah keramaian, berarti kita tidak seharusnya berada di sana, dan malam itu aku sangat-sangat beruntung, karena berada di sekitar mereka yang selalu membuat semangat ini menjadi lebih dari yang aku rasakan.
Thanks, untuk malam tahun baru dan awal tahun barunya kawan. kalian teman terbaikku..