Apa ini sebenarnya.?
Entahlah, aku sendiri juga tidak tau.?
Penyesalan.?
Mungkin.
Rasa kesal.?
Bisa jadi.
Rasa bersalah.?
Apalagi.
Begitu mudahnya aku untuk merasa bersalah, yang sebenarnya masalah awalnya itu tidak ada di aku, dan bukan aku yang melakukannya. Tapi, bagaimana dengan dia, dia yang memulai masalah ini, sedangkan dia, aku lihat, dia sama sekali tidak menunjukan rasa bersalahnya. Atau mungkin dia memang keras kepala, sehingga tidak ada rasa bersalahnya sama sekali. Bahkan, dia sendiri tidak sadar, kalau dia mengorbankan orang tua dia sendiri, saudara-saudaranya sendiri. Yang dia tau hanya harus saling bantu membantu, tapi, apakah dia pernah membantu saudaranya.? ku rasa belum. Hanya dia yang sering di bantu,emmmm,, mungkin lebih tepatnya dia yang merepotkan. Bukan hanya itu, sudah di bantu pun, dia masih mengecewakan kita. Kita semua di sini, di tempat ini, yang dulunya adalah tempat dia menangis ketika jatuh dari pohon, tempat dia mengadu ketika dia kelaparan. Coba bayangkan, sekarang, ketika besar, dia memang masih bersama kita, masih senasib dengan kita. Tapi,dengan entengnya dia buat air mata ibu menetes derasnya. Dia buat perut adiknya kelaparan. Dia buat kepala ibunya pusing setiap saat. Ibu mana yang tega melihat anaknya memiliki masalah.? Ibu mana coba.? jarang sekali kan. Semuanya pasti ingin membantu, tapi dia, ketika uluran tangan ibunya menerima kehadirannya, dia sama sekali tidak memikirkan bagaimana dan dengan cara apa ibu itu memperoleh bantuan untuk dia. Aku rasa dia sama sekali tidak pernah memikirkan itu. Ya aku rasa begitu keadaannya. Sungguh malang nasib anak itu. Sungguh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar